Habibana
Munzir bin Fuad Al Musawa :
Janganlah
iman kita luntur karena hujan , bukankah hujan itu adalah air , dan setiap hari
kita juga mandi dan air yang disiramkan ke badan kita lebih banyak daripada
tetesan hujan , tapi mengapa jika turun hujan maka lari seperti ayam , ayam
jika terkena hujan ia akan lari . Tetapi mereka yang memiliki kelemahan jasad
jangan dipakasakan. Setahun yang lalu saya hadir bersama jamaah dan disaat
dzikir turun hujan deras, maka hati saya risau ...
Saat
kita melakukan kesalahan kepada orang tua kita, yang semestiya harus kita
lakukan jika kita hendak mengajukan permintaan adalah memohon ma’af. Bisa jadi
permintaan kita akan menambah amarah orang tua kita jika kita ajukan permohonan
sebelum kita memohon ma’af. Itu adalah yang terjadi antara anak yang seorang
hamba dan bapak yang juga seorang hamba. Bagaimana jika ternyata jalinan itu
adalah antara kita dengan Allah SWT ? Pantaskah kita mengajukan permohonan
kepada Allah SWT sementara dengan dosa yang kita lakukan pun kita belum memohon
ampun. Kalau pun meminta ampun akan tetapi tidak dibarengi dengan keseriusan
dalam memohon ampun.
Sudahkah
kita sadari nikmat yang dikaruniakan oleh Allah SWT dari mata, telinga, tangan
dan jabatan dan lain-lainnya yang semestinya kita gunakan untuk mencari ridho
Allah SWT namun akhirnya kita gunakan untuk melanggar-Nya? Layakkah kita saat
itu untuk mengajukan permohonan lagi sementara nikmat yang ada saja kita tidak
bisa mensyukurinya? Sungguh, orang yang tidak mengerti makna bersyukur ia
tidaklah mengerti makna permohonan. Karena yang tidak bisa bersyukur artinya
tidak kenal siapa yang memberinya nikmat. Yang tidak kenal siapa pemberi nikmat
mungkinkah akan memohon secara sesungguhnya kepada-Nya? Tata krama memohon
adalah jika kita memohon kepada Allah SWT dengan segala kelemahan dan kebutuhan
kita kepada Allah SWT, sekaligus menyadari keagungan Allah SWT pengkabul segala
permohonan.
Merenungi
jati diri maknanya amat penting dalam irama memohon kepada Allah SWT. Berapa
kali dalam sehari kita memohon kepada Allah SWT dan berapa banyak macam
permohonan kita panjatkan kepada Allah SWT. Akan tetapi berapa banyak telah
kita hadirkan kesadaran akan kelemahan kita? Atau yang terlahir justru harapan
dan impian setelah pengkabulan yang kadang hanya akan membawa kesombongan diri
dengan rencana-rencana pasca pengkabulan. Seorang ustadz yang begitu khusyu’
memohon agar diberi keberhasilan dalam dakwahnya. Akan tetapi terlintas di
benaknya bayang-bayang kemegahan wibawa sebagai ustadz yang berhasil dalam
mengajak umat dengan sejuta tamu dan pengikut. Apakah permohonan yang semacam
ini adalah sebuah pengakuan kehambaan yang lemah dihadapan Allah SWT?
Yang
memohon kepada Allah dengan khusyu’nya agar diberi rizqi yang halal dan barokah
untuk bekal ibadah, akan tetapi terlintas di hati kecilnya kerinduan, kemewahan
dan kemegahan diantara manusia. Apakah permohonan yang semacam ini adalah
permohonan yang benar yang dibarengi dengan kerendahan dan rasa tawadhu di
hadapan Allah SWT? Sungguh Allah SWT akan melihat apa yang ada di hati kita.
Jangan hanya memohon dengan sejuta ungkapan indah tanpa sebuah keinsyafan
sebagai pemohon. Akan tetapi memohonlah kepada Allah SWT dengan segala hati
yang terjaga, terbersihkan dan penuh kesadaran akan kelemahan kita dan
keagungan Allah SWT. Sadarilah apa yang Anda ucap, serta camkan permohonan Anda
dalam sanubari. Dahulukan memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa dan
akhiri pula dengan permohonan ampun atas sisa kelalaian Anda disaat memohon.
Wallahu
a'lam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar