Habib
Umar bin Hafidz menjawab:
Ketika
puncak amarah melanda seseorang, hendaknya ia ingat marah atau murkanya Allah
suatu saat yang tiada satu pun makhluk sanggup, kuat dan tahan menghadapi
kemarahan-Nya. Kemudian teliti amarah yang muncul, jika kemarahan yang muncul
karena dorongan hawa nafsu maka hendaknya sekuat tenaga ia tenangkan diri,
karena tidak ada keberanian yang paling dicintai Allah selain menahan dirinya
seseorang dari amarah karena Allah.
Barang
siapa menahan amarah kelak akan disebut oleh Allah hingga akan mendapat
kenikmatan memilih bidadari di surga sesuai kehendaknya. Allah SWT berfirman
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ
النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
”orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” –
(QS.3:134).
Cara-cara
yang dapat meredam amarah, jika seseorang marah dalam keadaan berdiri hendaknya
ia duduk, jika ia duduk hendaknya berbaring, jika dekat dengan air hendaknya ia
berwudhu atau mandi. Demikian arahan dari Rasulullah SAW. Serta ucapkan kalimat
ta’wudz
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
Berdoalah sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
Berdoalah sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW
اللهم أذهبْ غيظَ قلبي وأَجِرْنِي من مضلاتِ الفِتَن
Artinya
“yaa Allah hilangkanlah kemarahan hatiku dan jauhkan aku dari kesesatan fitnah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar